Sunday, April 15, 2007

Menjemput Rizki Yang diKaruniakan Allah (bagian 1)

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah SWT-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata. (QS Huud 6)
Rezeki dari kata razaka bermakna Athoo’ yaitu memberikan sesuatu. Seorang yang beriman meyakini dengan pasti bahwa rezeki itu berasal dari Allah SWT bukan berasal dari manusia dan bahwa setiap usaha yang biasa mendatangkan rezeki tidak lain adalah kondisi tertentu yang berpeluang menghasilkan rezeki. Apabila usaha dianggap sebab datangnya rezeki maka setiap usaha pasti mendatangkan rezeki. Padahal kenyataannya tidak demikian kadang-kadang usaha itu telah diupayakan dengan maksimal tetapi rezekinya tidak dating. Allah SWT menegaskan bahwa rezeki itu berasal dari-Nya hal tersebut dinyatakan dalam QS Al Maidah: 88
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah SWT Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kamu beriman kepada-Nya.Allah SWT-lah yang menciptakan kamu, Kemudian memberimu rezki, Kemudian mematikanmu, Kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah SWT itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha sucilah dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (QS.Ar Ruum; 44).
Meskipun Allah telah menjamin rezeki makhluknya termasuk manusia, tetapi mereka tetap diperintahkan untuk berusaha dan bekerja keras menggunakan ilmu dan ketrampilan untuk mendapatkan rezeki tersebut. Allah SWT menilai setiap kerja yang dilakukan manusia. Firman-Nya
“Dan katakanlah,’bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kenakan.” (QS. At Taubah 105)
Islam juga telah mengatur bagi seorang muslim tatacara yang diperbolehkan dan mana yang dilarang dalam mengusahakan hakekat keadaan yang bisa mendatangkan rezeki.
Sikap yang bisa mendatangkan Rezeki
Iman, taqwa dan sikap tawakal yang melekat pada diri seseorang merupakan garansi mendapatkan rezeki dan karunia Allah SWT. Allah SWT berfirman, “ Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah SWT niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka dan barang siapa bertawakal kepada alllah niscaya Allah SWT akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah SWT melaksannakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah SWT telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (QS Ath thalaaq 2-3). Ridho dan syukur kita terhadap rezeki dan nikmat yang telah diterima juga dapat mengundang datangnya rezeki Allah SWT lebih banyak dari sebelumnya. Allah SWT berfirman “dan ingatlah juga tatkala Tuhanmu memaklumkan kepadamu dan jika kamu mengingkari nikmatku maka sesungguhnya azabku sangat pedih (QS Ibrahim 7). Disamping itu istighfar juga dapat melapangkan rezeki bagi orang yang rajin melakukannya Rasulullah bersabda, “Barangsiapa memperbanyak istigfar, maka Allah SWT akan melapangkan setiap kesusahannya, memberi jalan keluar setiap kesukarannya dan memberi rezeki tanpa diduga-duga (HR Dawud dan Nasa’I). Allah SWT berfirman, “Maka aku (Nabi Nuh) katakan pada mereka, mohon ampun kepada tuhanmu, sesungguhnya dia adalah maha pengampun , niscaya dia akan mengirimkan hujan yang lebat kepadamu, membanyakkan harta dan anak-anak dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan sungai-sungai (QS Nuh 10-12). Pada dasarnya orang beristigfar adalah orang yang meminta ampunan kepada Allah SWT sedang mengakui kesalahan yang mengotori jiwanya,. Hati yang bersih mendorong orang untuk mencari rezeki yang baik dan halal.
Pemanfaatan rezeki
Rezeki yang telah Allah SWT karuniakan, sesungguhnya pemanfaatnya menuju tiga arah. Apa yang dimakan akan menjadi kotoran, apa yang dipakai menjadi sampah dan apa yang disedekahkan menjadi tabungan abadi di akhirat. Rasulullah saw bersabda, “Anak Adam berkata hartaku, hartaku. Sesungguhnya harta milik seseorang menuju tiga arah, apa yang dimakan akan lenyap, atau apa yang dipakai akan rusak atau apa yang disedekahkan akan abadi.” (HR Muslim). Tentunya orang beriman akan memilih menafkahkan sebagian hartanya dijalan Allah SWT karena akan mengekalan hartanya dan menjadikan tabungan akhirat yang akan bermanfaat baginya kelak. Saat ini salah satu yang menjadi beban berat umat adalah kemiskinan akibat korban dari glabalisasinya kapitalisme, yang menghisap kekayaan yang seharusnya milik ummat tetapai tergadaikan oleh segelintir orang yang mengatur kebijakan melepaskan dari ketaaatan terhadap Islam sehingga menimbulkan kemiskinan structural yang sangat kronis. Sudah saatnya kaum muslimin yang diberikan rezeki berlebih oleh Allah SWT belajar pengorbanan kaum anshar terhadap kaum muhajirin saling membantu, dan bergandengan tangan menolong saudaranya sehingga mampu mewujudkan Islam yang tegak dan dapat kita rasakan sekarang.

No comments: